Kamis, 07 Juni 2012

MENGAPA TELUR BURUNG KENARI GAGAL MENETAS


Bagi beberapa orang yang sedang memulai usaha atau hobi beternak kenari tentu saja sering merasa bingung jika burung kenari yang mereka budidaya sulit untuk produksi. Beberapa hal yang perlu dipahami adalah tidak ada cara instan untuk membuat burung kenari yang kita rawat dapat berketurunan atau berproduksi.

Banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas ternak. Diperlukan metode dan mekanisme rawatan jangka panjang guna membuat burung kenari yang ditangkarkan mampu berproduksi hingga umur 5 tahun atau di atasnya. Kembali ke masalah judul, mengapa telur kenari gagal menetas? Berikut ada beberapa pembahasan umum yang terkait dengan kelangsungan keturunan dan reproduksi kenari:

  • Proses kawin: untuk mengetahui salah satu penyebab gagalnya telur kenari untuk menetas adalah dari proses kawinnya. Secara alami burung kenari betina dapat mengeluarkan telur walau tidak ada proses kawin atau pembuahan dari induk jantan, jadi jika ingin mendapatkan bibit dari telurnya maka dibutuhkan proses kawin.

  • Hormon: saat proses kawin terjadi secara baik namun telur kenari gagal menetas setelah masa pengeraman 14 hari atau telur terlihat kosong setelah di cek pada usia pengeraman lebih dari 5 hari maka salah satu kemungkinannya adalah kurang matang/siapnya hormon indukannya. Jika selama ini beberapa penghobiis hanya mengacu kepada faktor jantan saja yang berperan terhadap hasil pembuahan sel telur dalam tubuh betina maka ternyata faktor betina juga berperan dalam menghasilkan keturunan. Dalam hal ini perlu diingat bahwa kondisi birahi pada burung kenari tidak dapat disamakan atau menjadi patokan bahwa burung tersebut juga mempunyai hormon yang baik dan subur.
  • Suhu: sering dijumpai bahwa bibit/piyik kenari yang sudah terbentuk di dalam telur tidak dapat menetas setelah masa 14 hari pengeraman. Salah satu penyebabnya adalah karena suhu yang terlalu panas dan terlalu dingin. Jika telur yang sedang dierami oleh indukannya mendapat intensitas sinar matahari langsung dalam waktu yang lama maka biasanya kondisi telur akan mengalami dehidrasi. Begitu pula sebaliknya jika suhu terlalu dingin dan telur kurang mendapatkan kehangatan yang baik maka biasanya proses pembentukan bibit tidak akan berlangsung dengan baik.

  • Psikologi: kondisi stress pada indukan yang mengeram telur juga turut memicu keberhasilan telur tersebut menetas. Saat indukan stress maka dia akan mempunyai kecenderungan untuk meninggalkan sarang pengeraman (tidak mengeram) dan dapat berperilaku yang tidak wajar, misalnya perilaku hiperaktif karena over birahi, terdapat kutu di sarang pengeraman atau kondisi tempat ternak yang kurang kondusif.

  • Penyakit: sudah sewajarnya jika burung kenari yang sedang terinfeksi penyakit akan mengalami penurunan stamina dan nafsu makan. Selain itu burung kenari yang terkena penyakit saat mengeram dalam beberapa kasus akan malas mengerami telur-telurnya walau dalam beberapa kasus indukan yang terkena penyakit jika tak tertangani secara baik dapat mati dengan kondisi mengerami telur-telurnya. Hal lainnya adalah jika penyakit tersebut menyerang burung kenari indukan sebelum proses kawin maka biasanya akan berhubungan dengan daya tetas telur

yang tidak bisa maksimal, begitu pula jika penyakit hinggap pada burung kenari indukan setelah proses kawin.

Kondisi/stamina: kondisi burung yang terlalu capek akibat terlalu terforsir untuk kawin atau kontes bisa jadi malah menimbulkan masalah baru, beberapa hal ditengarai terjadinya egg binding dapat dipicu karena kondisi induk betina yang terlalu letih untuk mengeluarkan telur-telur dari rahimnya. Sedangkan pada indukan jantan stamina yang terkuras dan tidak fit juga turut mempengaruhi kualitas sperma.


Masih terkait dengan daya tetas telur bahwa ada hal yang paling mendasar yang tidak bisa ditinggalkan yaitu masalah Gizi. Kebutuhan akan vitamin, mineral dan zat-zat yang dibutuhkan oleh burung kenari melalui pakan, suplemen, penjemuran dan kebersihan harus terpenuhi secara baik sebelum masa produktif itu tiba. Hal ini juga juga tidak bisa diselenggarakan dan mempunyai efek yang tiba-tiba/instan melainkan butuh proses untuk menanganinya. Ini sekaligus menjelaskan fenomena indukan yang tidak mau ngisi dimana seringkali antara gizi dan kematangan hormon tidak ada kesinambungan bahkan ditemui beberapa burung yang dipaksakan kawin sebelum benar-benar dalam kondisi puncak.

Peternakan yang Paling Diminati di Indonesia

1. Ternak Ayam Potong (Pedaging)


Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia.

Ayam telah dikembangkan sangat pesat disetiap negara. Di Indonesia usaha ternak ayam pedaging juga sudah dijumpai hampir disetiap propinsi

2. Ternak Ayam Petelur


Ayam telah dikembangkan sangat pesat di setiapa negara. Sentra peternakan ayam petelur sudah dijumpai di seluruh pelosok Indonesia terutama ada di Pulau Jawa dan Sumatera, tetapi peternakan ayam telah menyebar di Asia dan Afrika serta sebagian Eropa.

Jenis ayam petelur dibagi menjadi dua tipe:

A. Tipe Ayam Petelur Ringan.

B. Tipe Ayam Petelur Medium.

Manfaat : Ayam-ayam petelur unggul yang ada sangat baik dipakai sebagai plasma nutfah untuk menghasilkan bibit yang bermutu. Hasil kotoran dan limbah dari pemotongan ayam petelur merupakan hasil samping yang dapat diolah menjadi pupuk kandang, kompos atau sumber energi (biogas). Sedangkan seperti usus dan jeroan ayam dapat dijadikan sebagai pakan ternak unggas setelah dikeringkan. Selain itu ayam dimanfaatkan juga dalam upacara keagamaan.

3. Ternak Ikan Lele


Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang (Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish.

Di Indonesia ada 6 (enam) jenis ikan lele yang dapat dikembangkan :
1. Clarias batrachus, dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan kalang (Sumatera Barat), ikan maut (Sumatera Utara), dan ikan pintet (Kalimantan Selatan).
2. Clarias teysmani, dikenal sebagai lele Kembang (Jawa Barat), Kalang putih (Padang).
3. Clarias melanoderma, yang dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan), wais (Jawa Tengah), wiru (Jawa Barat).
4. Clarias nieuhofi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatera Barat), kaleh (Kalimantan Selatan).
5. Clarias loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat), ikan penang (Kalimantan Timur).
6. Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele Dumbo (Lele Domba), King cat fish, berasal dari Afrika. (migroplus.com)

Peluang usaha budi daya ikan lele merupakan salah satu peluang usaha yang cukup diperhitungkan saat ini. Apabila kita perhatikan banyak terdapat penjual pecel lele yang memerlukan pasokan ikan lele setiap harinya, hal inilah yang membuat permintaan ikan tersebut menjadi semakin tinggi di pasaran dan membuka potensi peluang bisnis yang cukup menjanjikan. Ternak ikan lele relatif lebih mudah apabila dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya seperti ikan mas atau mujair karena lebih tahan terhadap penyakit maupun kondisi lingkungan. Berikut ini adalah gambaran secara umum tentang cara budidaya ikan lele


4. Ternak Sapi



Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari famili Bovidae. seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa.

Domestikasi sapi mulai dilakukan sekitar 400 tahun SM. Sapi diperkirakan berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke Eropa, Afrika dan seluruh wilayah Asia. Menjelang akhir abad ke-19, sapi Ongole dari India dimasukkan ke pulau Sumba dan sejak saat itu pulau tersebut dijadikan tempat pembiakan sapi Ongole murni.

Pada tahun 1957 telah dilakukan perbaikan mutu genetik sapi Madura dengan jalan menyilangkannya dengan sapi Red Deen. Persilangan lain yaitu antara sapi lokal (peranakan Ongole) dengan sapi perah Frisian Holstein di Grati guna diperoleh sapi perah jenis baru yang sesuai dengan iklim dan kondisi di Indonesia.

Peternakan sapi menghasilkan daging sebagai sumber protein, susu, kulit yang dimanfaatkan untuk industri dan pupuk kandang sebagai salah satu sumber organik lahan pertanian.

5. Ternak kambing


Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu, kotoran maupun kulitnya) relatif mudah. Meskipun secara tradisional telah memberikan hasil yang lumayan, jika pemeliharaannya ditingkatkan (menjadi semi intensif atau intensif), pertambahan berat badannya dapat mencapai 50 - 150 gram per hari. Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam usaha ternak kambing, yaitu: bibit, makanan, dan tata laksana.

Populasi kambing di Indonesia cukup tinggi tetapi data mengenai bangsa kambing perah di Indonesia tidak ada, karena data tersebut masih secara umum dan tidak dikelompokkan menurut tipe kambing perah maupun kambing potong. Pengembangan produksi susu merupakan upaya yang bertujuan meningkatkan dan memanfaatkan potensi yang ada di dalam negeri sehingga terjadi peningkatan produksi susu. Peningkatan produksi susu ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, mengurangi impor dan sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan.

Kambing menjadi pilihan alternatif usahaternak dengan mempertimbangkan keunggulan yang dimiliki ternak tersebut. Beberapa keuntungan dalam memelihara ternak kambing adalah sebagai berikut (Sudono, 2002) :
Kebutuhan lahan untuk memelihara ternak kambing tidak terlalu luas.

Kambing memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai lingkungan, sehingga mudah dipelihara dan dikembangkan baik di dataran tinggi maupun dataran rendah bahkan di daerah kering dengan sumber makanan kasar sekalipun.

Kambing memiliki perkembangbiakan yang cepat. Umur 1,5 tahun sudah mulai beranak dan dalam dua tahun dapat beranak tiga kali. Setiap kali beranak dapat melahirkan dua ekor.

Selain daging dan susu, kambing dapat diambil kulitnya untuk kebutuhan industri, Limbah kotoran kambing dapat digunakan sebagai pupuk pertanian.

Kambing merupakan sumber uang tunai yang sewaktu-waktu lebih mudah dijual, susu kambing mengandung kadar protein dan lemak yang lebih tinggi daripada susu sapi.


Investasi yang dibutuhkan untuk memelihara ternak kambing lebih kecil daripada ternak besar seperti sapi perah.

6. Ternak Bebek


Itik / Bebek yang banyak dipelihara masyarakat Indonesia saat ini merupakan Itik / Bebek pendatang yang sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan alam Indonesia, maka disebut Itik / Bebek lokal Indonesia. Pada tahun 1998, populasi Itik / Bebek di Indonesia mengalami penurunan karena sebagian peternak tidak mampu membeli pakan ternak akibat krisis moneter akhir tahun 1997, namun meningkat kembali pada tahun 1999 sehingga pada tahun 2001 populasinya 29.905.705 ekor (Deptan, 2001).

Sentra-sentra populasi Itik / Bebek di Indonesia terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, Nanggroe Aceh Darussalam, Kalimantan Selatan dan Jawa Timur. Pada daerah tersebut terbentuk kelompok-kelompok tani yang melakukan pengembangan dan pembibitan.

Pada umumnya Itik / Bebek-Itik / Bebek tersebut sebagai penghasil telur dan sudah tidak mempunyai sifat mengeram. Tampaknya dari jenis-jenis Itik / Bebek di atas, Itik / Bebek Mojosari dan Alabio yang lebih unggul. Hal ini terbukti bahwa kedua jenis Itik / Bebek lokal tersebut pada saat ini dijadikan sebagai bahan Itik / Bebek unggul di Indonesia (Itik / Bebek MA).

Itik / Bebek lokal Indonesia pada umumnya dipelihara sebagai penghasil telur. Sumbangan telurnya menduduki urutan kedua setelah telur ayam ras (Deptan, 2001). Sampai saat ini pemanfaatannya masih terbatas pada pembuatan telur asin.

Hasil budidaya ternak Itik / Bebek petelur terdiri atas hasil utama, sampingan dan limbah. Hasil utama berupa telur, hasil sampingan berupa Itik / Bebek afkir dan bulu dan limbah berupa feses. Produksi telur Itik / Bebek pada tahun 1998 dan 1999 mengalami penurunan masing-masing sebesar 13.6 dan 15.2%, sedangkan setelah tahun 1999 produksi telur Itik / Bebek terus meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 15% per tahun (Deptan , 2001) dengan kontribusi antara 18 – 33% dari total produksi telur.

TIPS BUDIDAYA TANAMAN BUNCIS


Ciri - Ciri 
* Warna Polong Hijau Muda Terang
* Ukuran buah Panjang 15 - 17 cm
* Berbiji Hitam Mulus
* Buah lentur dan Tidak Mudah Patah


* Genjah
* Buah lentur
*Tidak mudah patah, sehingga tahan transportasi
* Produktifitas tinggi

DESKRIPSI VARIETAS*
TIPS BUDIDAYA TANAMAN BUNCIS 
Warna polong hijau muda terang* Ukuran buah panjang 15 - 17 cm* Berbiji hitam mulus* Sangat Produktif* Buah lentur dan tidak mudah patah

A. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah adalah semua pekerjaan yang ditujukan pada tanah untuk menciptakan media tanam yang ideal, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Pembersihan rumput-rumputan, penggemburan tanah, dan pembuatan parit-parit drainase adalah termasuk pengolahan tanah.Setelah bersih dari gulma, pekerjaan selanjutnya adalah membajak tanah. Tanah dibajak dan dicangkul 1-2 kali sedalam 20-30 cm. Untuk tanah-tanah berat pencangkulan dilakukan dua kali dengan jangka waktu 2-3 minggu. Sedangkan untuk tanah-tanah ringan pencangkulan cukup dilakukan sekali saja.

Jarak tanam yang digunakan adalah20 x 50 cm, baik untuk tanah datar atau tanah miring. Dan bila kesuburan tanahnya tinggi, maka sebaiknya menggunakan jarak tanam yang lebih sempit lagi, yaitu 20 x 40 cm.Setelah menentukan jarak tanam, kemudian membuat lubang tanam dengan cara ditugal. Agar lubang tanam itu lurus, sebelumnya dapat diberi tanda dengan ajir, bambu, penggaris atau tali. Tempat yang diberi tanda tersebut yang ditugal. Kedalaman tugal 4-6 cm untuk tanah yang remah dan gembur, sedangkan kedalaman 2-4 cm untuk jenis tanah liat. Hal ini disebabkan pada tanah liat kandungan airnya cukup banyak, sehingga dikhawatirkan benih akan membusuk sebelum mampu berkecambah.

C. Pemeliharaan* 
TIPS BUDIDAYA TANAMAN BUNCIS
 PemupukanPemupukan ini dapt dilakukan pada umur 14-21 hari setelah tanam. Pupuk yang diberikan hanyalah Urea sebanyak 200 kg / ha, caranya cukup ditugal kurang lebih 10 cm dari tanaman. Setelah itu ditutupi kembali dengan tugal atau diinjak dengan khaki.* PengairanAir yang diberikan alam sangat terbatas dan seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman.* PengguludanPenginggian guludan atau bedengan dilakukan pada saat tanaman berumur kurang lebih 20 dan 40 hari. Lebih baik dilakukan pada saat musim hujan. Tujuan dari peninggian guludan adalah untuk memperbanyak akar, menguatkan tumbuhnya tanaman dan memelihara struktur tanah.* Pemasangan turus atau lanjaranPelaksanaan pemasangan turus dapat dilakukan bersamaan dengan peninggian guludan yang pertama, yaitu pada saat tanaman berumur 20 hari.* PemangkasanUntuk memperbanyak ranting-ranting sehingga diperoleh buah yang banyak, maka tanaman buncis perlu dipangkas. Pemangkasan sebatas pembentukan sulurnya. Pelaksanaan pemangkasan dilakukan bila tanaman telah berumur 2 dan 5 minggu.

HAMA DAN PENYAKIT
A. HAMA

1. Kumbang Daun

Gejalanya daun kelihatan berlubang-lubang bahkan kadang-kadang tinggal kerangka atau tulang-tulang daunnya saja. Tanaman menjadi kerdil dan polongnya kecil-kecil.Pengendaliannya : Bila sudah terlihat adanya telur, larva, maupun kumbangnya maka dapat langsung dibunuh dengan tangan. Atau dapat juga diberantas dengan insektisida Lannate 25 WP, dengan konsentrasi 1,5-3 cc/l air atau 300-6001 larutan setiap hektar.

2. Penggerek polong

Gejalanya : polong yang masih muda mengalami kerusakan, bijinya banyak yang keropos. Akan tetapi, kerusakan ini tidak sampai mematikan tanaman buncis.Pengendalian : Dilakukan dengan tanam serentak, usahakan pula tidak ada tanaman inang disekitar tanaman buncis, misalnya tanman orok-orok perlu juga dilakukan penyemprotan dengan insektisida.

3. Lalat kacang

Gejalanya : Daun berlubang-lubang dengan arah tertentu, yaitu dari tepi daun menuju tangkai atau tulang daun, gejala lebih lanjut berupa pangkal batang yang membengkok/pecah kemudian tanaman menjadi layu,berubah kuning, dan akhirnya mati yang masih muda. Apabila tidak mati maka tumbuhnya kerdil sehingga produksinya sedikit.Pengendalian : Setelah biji buncis ditanam sebaiknya segera diberi penutup jerami daun pisang, penanaman dilakukan secara serentak. Bila tanaman sudah terserang secara berat maka segeralah dicabut dan dibakar atau dipendam dalam tanah, apabila erangan belum terlalu berat maka segeralah diberi insektisida.

4. Kutu daun

Gejala akan lebih jelas terlihat pada tanaman-tanaman yang masih muda. Bila serangannya hebat, maka pertumbuhannya

Menjadi kerdil dan batang memutar (mimilin). Daunnya menjadi keriting dan kadang berwarna kuning.Pengendaliannya dengan cara memasukkan musuh alaminya yaitu lembing, lalat dan jenis dari Coccoinellidae, atau dengan menggunakan insektisida Orthene 75 Sp.5. Ulat jengkal

semuGejalanya dibawah daun terdapat telur yang bergerombol. Setelah menetas ulatnya akan memakan daun-daun baik yang muda maupun yang tua. Daun menjadi berlubang bahkan dapat habis sama sekali. Akibatnya, tanaman menjadi kerdil karena tidak sempurna melakukan fotosintetis.Pengendaliannya : dapat dibunuh satu persatu atau dengan sanitasi, yaitu membersihkan gulma-gulma yang dapat dijadikan sebagai tempat persembunyian hama tersebut. Bisa juga dengan menggunakan insektisida Hotathion 40Ec.6. Ulat penggulung daunGejalanya daun kelihatan seperti menggulung dan terdapat ulat yang dilindungi oleh benang sutera dan kotoran. Polongnya sering pula ikut direkatkan bersama-sama dengan daunnya. Daun juga nampak berlubang-lubang bekas gigitan dari tepi sampai ketulang utama, hingga habis hanya tinggal urat-uratnya saja.Pengendaliannya : sebaiknya daun yang terkena segera dibuang atau dibakar, apabila masih ada serangan maka dilakukan penyemperotan dengan insektisida. Insektisidanya yaitu Azodrin 15 WSC.

B. PENYAKIT

1 Penyakit Antraknosa.Gejala :
- Polong Buncis muda terdapat bercak-bercak kecil dengan bagian tepi warna coklat karat dengan warna kenerah-merahan. Bentuknya tidak beraturan antara yang satu dengan yang lain, bila udara lembab akan terdapat spora yang berwarna kemerah-merahan.
- Pengendaliannya :Sebaiknya dipilih bibit yang benar-benar bebas dari penyakit atau dapat juga dengan merendam benih dalam fungisida Agrosid 50SD sebelum ditanam. Dengan penyemperotan fungisida Delsene Mx200, konsentrasi 1-2 gr/lt air. Juga bisa dengan fingisida Velimek 80WP dengan konsentrasi 2-2,5gr/lt air.

2. Penyakit Embun Tepung
Gejala :Daun, batang, bunga dan buah berwarna putih keabuan (kelihatan seperti kain beludru).Pengendaliannya :Bagian yang sudah terserang sebaiknya dipotong atau dibakar. Dapat juga disemprot dengan fungisida Morestan 25WP, konsentrasinya 0,5 - 1 gr/lt air dan volume larutan 1.000 lt/ha.

3. Penyakit Layu

Gejala :Tanaman akan terlihat layu, kuning dan kerdil. Bila batang tanaman yang diserang dipotong melintang, maka akan terlihat warna coklat atau dipijat akan keluarlah lendir yang berwarna putih.Pengendaliannya :Dilakukan dengan cara menyiram tanaman dengan air yang bebas dari penyakit, bila hendak membuat persemaian lebih baik tanah disterilisasi dulu dengan air panas 100o C. Dilakukan dengan penyemprotan fungisida Agrept 20 WP dengan konsentrasi 0,5 - 1/lt air.

4. Penyakit Bercak daun

Gejala :Daun bercak kecil berwarna coklat kekuningan lama kelamaan bercak akan melebar dan bagian tepinya terdapat pita berwarna kuning.

Akibat lebih parah, dau akan menjadi layu dan berguguran. Bila sampai menyerang polong, maka polong akan bercak kelabu dan biji yang terbentuk kurang padat dan ringan.Pengendaliannya :Benih buncis direndam dulu dalam air panas dengan suhu 48 C selama 30 menit. Bilas dengan air dingin dan keringkan. Dengan penyemprotan menggunakan Baycor 300EC, konsentrasi 0,5 - 1 lt/ha. Bisa juga menggunakan Bayleton 250EC, konsentrasi 0,25-0,5 lt/ha.

5. Penyakit Hawar Daun

Gejala :Pertama-tama terlihat bercak kuning dibagian tepi daun, kemudian meluas menuju tulang bagian tengah. Daunnya terlihat layu, kering dan coklat kekuningan. Bila serangannya hebat, daun terlihat berwarna kuning, seluruhnya dan akhirnya rontok, gejala tersebut dapat meluas kebatang, sehingga lama kelamaan tanaman akan mati.Pengendaliannya :Dengan cara memilih benih yang berkwalitas baik. Perendaman benih dalam Sublimat dengan dosis 1gr /Lt air selama 30 menit.

6. Penyakit Busuk Lunak

Gejala :Daun bebercak, berair warnanya menjadi kecoklatan. Gejala ini cepat menjalar ke seluruh bagian tanaman. Sehingga tanaman menjadi lunak, berlendir dan berbau busuk.

Pengendaliannya :Tanaman yang sudah terserang berat sebaiknya dibuang dan di bakar, dapat dilakukan dengan menyemprotkan Cupravit OB-21, dengan konsentrasi 4gr/lt air, Delsene Mx200, konsentrasi 2-4 gr/lt air.

7. Penyakit Karat

Gejala :Pada jaringan daun terdapat bintik-bintik kecil berwarna coklat, baik dibagian daun sebelah atas maupun sebelah bawah. Biasanya dikelilingi dengan jaringan khlorosis.Pengendaliannya :Dapat ditanam varitas buncis yang tahan dengan penyakit karat yaitu ; Manoa Wonder. Tanaman yang terserang berat sebaiknya dicabut dan dibakar.

8. Penyakit Damping Of

Gejala :Bagian batang bawah yang terletak dibagian keping biji terlihat berwarna putih pucat karena mengalami kerusakan khlorofil.Pengendaliannya :Siram tanaman dengan air yang bebas penyakit, media semai yang dipakai juga yang telah disterilkan terlebih dahulu. Bisa juga menggunakan Antracol 70WP, konsentrasi 2gr/lt air, volume larutan 600-800 lt/ha.

9. Penyakit Ujung Kriting

Gejala :Daun-daun muda menjadi kuning dan keriting, sedangkan daun yang sudah tua menggulung / melilin.Penegndaliannya :Dengan menanm tanaman yang resisten (tahan penyakit). Apabila tanaman yang sudah terserang penyakit, sebaiknya segera dicabut atau dibakar.

TIPS ATASI BURUNG KENARI YANG STRES DAN MALES BERBUNYI


Banyak orang yang sering bingung dengan bagaimana cara mengatasi kenari yang stress dan juga macet bunyi. Solusinya pun terkesan gampang namun pada prakteknya tidak semudah teorinya. Untuk mengatasi kenari agar tidak stress memang perlu perhatian ekstra, yang perlu diingat adalah stress pada burung kenari tidak hanya mengidap pada kenari jantan saja namun juga kenri betina.

Kecenderungan seekor burung untuk menjadi stress dipengaruhi oleh banyak faktor. Dalam Budidaya burung kenari beberapa faktor yang dapat menjadikan stress adalah:

  • Lingkungan yang terlalu bising dan ramai. Situasi ini sangat memicu kenari untuk stress. Lingkungan ramai seperti di pinggir jalan raya, di tengah area konstruksi dan pembangunan serta area dengan tingkat lalu lalang yang tinggi perlu dihindari.
  • Suhu dan cuaca yang tidak baik, misalnya saja terlalu panas atau terlalu dingin. Dalam situasi ini biasanya kenari akan mengalami macet bunyi, kurang lincah bahkan jika terlalu lama akan menimbulkan penyakit hingga kematian.
  • Suara burung lain juga turut memicu stress pada kenari. Hal ini terbukti karena beberapa pengalaman membuktikan bahwa kenari jantan mereka mengalami macet bunyi dan stress akibat didekatkan dengan burung lain yang lebih besar dan lebih "fighter".
  • Berdekatan dengan hewan lain, misalnya saja letak kandang yang kurang baik. Hal ini memungkinkan hewan lain seperti kucing, anjing, tikus, tokek dll dapat mengganggu kenyamanan si burung.
  • Kenari jantan yang terlalu birahi pada taraf tertentu akan lebih cepat mengalami stress. Biasanya burung akan sangat hiperaktif dan tidak terkendali. 

Cara mengatasi kenari stress ternyata harus dipahami secara lebih detail. Berikut ini beberapa cara mengatasi kenari stress
  • Jauhkan dari tempat/lingkungan yang bising, terlalu panas dan terlalu dingin. Hal ini dapat berlaku juga jika kenari betina tidak mau mengerami telur dan tidak meloloh anak-anaknya.
  • Letakkan sangkar/kandang di tempat yang jauh dari hewan pemangsa. Biasanya orang meletakkan sangkar atau kandangnya di tempat yang agak tinggi. Jauhkan juga dari beberapa burung yang berkompeten untuk membuat kenari anda menjadi stress. PERHATIAN: tidak semua burung mampu membuat kenari menjadi stress.
  • Jika burung terlalu birahi sebaiknya dikawinkan.
  • Untuk solusi kenari betina yang tidak mau mengerami telur dan meloloh anak-anaknya akan dibahas khusus di tulisan berikutnya
  • Jika kenari terlihat stress tanpa sebab, bisa jadi itu adalah sifat bawaan. Solusinya adalah dengan teknik kerodong sangkar dan pencelupan kepala kenari ke dalam air selama 1 detik.Kenari macet bisa disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya saja akibat terkena penyakit, sedang mabung ataupun stress. 

Untuk cara mengatasi kenari macet bunyi akibat stress adalah sebagai berikut

  • Dengan cara suntik. Cara ini dipakai bila si pemilik burung merasa sangat frustasi dengan keadaan burungnya dan tidak ada jalan keluar lagi.
  • Penjemuran yang teratur dan pakan yang baik serta sehat. Ini penting karena beberapa kenari macet dipicu pakan yang tidak baik dan tidak sehat.
  • Teknik mandi atau penyemprotan kepada burung dapat membantu menyegarkan kondisi burung.
  • Didekatkan dengan burung gacor lainnya. Ternyata, teknik ini pun bisa berguna untuk mengatasi kenari yang macet.
  • Konsumsi multivitamin perangsang birahi. Hal ini mampu merangsang kenari agar rajin bunyi dan mendongkrak stamina. 
  • Burung bisa juga dikerodong, hal ini dilakukan agar burung merasa dalam kondisi yang tenang dan lebih nyaman.
BURUNG KENARI YANG STRES DAN MALES BERBUNYI

    Rabu, 06 Juni 2012

    CARA BETERNAK AYAM BURAS


    1. PENDAHULUAN
    CARA BETERNAK AYAM BURAS
    Perkembangan ayam buras (bukan ras) atau lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung di Indonesia berkembang pesat dan telah banyak dipelihara oleh peternak-peternak maupun masyarakat umum sebagai usaha untuk pemanfaatan pekarangan, pemenuhan gizi keluarga serta meningkatkan pendapatan.

    Dikarenakan dengan pemeliharaan sistem tradisional, produksi telur ayam buras sangat rendah, ± 60 butir/tahun/ekor. Berat badan pejantan tak lebih dari 1,9 kg dan betina ± 1,2 ~ 1,5 kg, maka perlu diintensifkan. Pemeliharaan yang intensif pada ayam buras, dapat meningkatkan produksi telur dan daging, dapat mencegah wabah penyakit dan memudahkan tata laksana.

    Sistem pemeliharaan ayam buras meliputi : bibit, pemeliharaan, perkandangan, pakan dan pencegahan penyakit.

    2. BIBIT

    CARA BETERNAK AYAM BURAS 
    Ciri-ciri bibit yang baik :

    1. Ayam jantan
    * Badan kuat dan panjang.
    * Tulang supit rapat.
    * Sayap kuat dan bulu-bulunya teratur rapih.
    * Paruh bersih.
    * Mata jernih.
    * Kaki dan kuku bersih, sisik-sisik teratur.
    * Terdapat taji.
    2. Ayam betina (petelur) yang baik
    * Kepala halus.
    * Matanya terang/jernih.
    * Mukanya sedang (tidak terlalu lebar).
    * Paruh pendek dan kuat.
    * Jengger dan pial halus.
    * Badannya cukup besar dan perutnya luas.
    * Jarak antara tulang dada dan tulang belakang ± 4 jari.
    * Jarak antara tulang pubis ± 3 jari.

    3. PEMELIHARAAN
    CARA BETERNAK AYAM BURAS 
    Ada 3 (tiga) sistem pemeliharaan :

    1. Ekstensif (pemeliharaan secara tradisional = ayam dilepas dan mencari pakan sendiri).
    2. Semi intensif (ayam kadang-kadang diberi pakan tambahan).
    3. Intensif (ayam dikandangkan dan diberi pakan).

    Apabila dibedakan dari umurnya, ada beberapa macam pemeliharaan, yaitu :

    1. Pemeliharaan anak ayam (starter) : 0 - 6 minggu, dimana anak ayam sepenuhnya diserahkan kepada induk atau induk buatan.
    2. Pemeliharaan ayam dara (grower) : 6 - 20 minggu.
    3. Pemeliharaan masa bertelur (layer) : 21 minggu sampai afkir (.... 2 tahun).

    Untuk memperoleh telur tetas yang baik, diperlukan 1 (satu) ekor pejantan melayani 9 (sembilan) ekor betina, sedangkan untuk menghasilkan telur konsumsi, pejantan tidak diperlukan.

    4. PERKANDANGAN
    CARA BETERNAK AYAM BURAS 
    Fungsi kandang yaitu :

    1. Untuk tempat berteduh dari panas dan hujan.
    2. Sebagai tempat bermalam.
    3. Untuk memudahkan tata laksana.

    Syarat kandang yang baik, yaitu :

    1. Cukup mendapat sinar matahari.
    2. Cukup mendapat angin atau udara segar.
    3. Jauh dari kediaman rumah sendiri.
    4. Bersih.
    5. Sesuai kebutuhan (umur dan keadannya).
    6. Kepadatan yang sesuai.
    7. Kandang dibuat dari bahan yang murah, mudah didapat dan tahan lama.

    Kepadatan kandang :

    1. Anak ayam beserta induk : 1 - 2 m 2 untuk 20 - 25 ekor anak ayam dan 1 - 2 induk.
    2. Ayam dara 1 m 2 untuk 14 - 16 ekor.
    3. Ayam masa bertelur, 1 - 2 m 2 untuk 6 ekor dan pejantan 1 ekor.

    5. PAKAN
    CARA BETERNAK AYAM BURAS 
    Zat-zat makanan yang dibutuhkan terdiri dari : protein, energi, vitamin, mineral dan air. Adapun konsumsi pakan adalah sebagai berikut :

    * Anak ayam dara 15 gram/hari
    * Minggu I-III 30 gram/hari
    * Minggu III-V 60 gram/hari
    * Minggu VI sampai menjelang bertelur 80 gram/hari
    * Induk 100 gram/hari

    Pemberian pakan adalah sehari dua kali, yaitu pagi dan sore, sedangkan air minum diberikan setiap saat.

    6. PENYAKIT DAN PENCEGAHAN
    CARA BETERNAK AYAM BURAS 
    1. ND = Necastle Desease = Tetelo
    Pencegahan: lakukan vaksinasi ND secara teratur pada umur 4 hari, 4 minggu dan 4 bulan diulangi lagi setiap 4 bulan sekali.
    2. Cacingan
    Pencegahan : hindarkan pemeliharaan tradisional.
    3. CRD (pernafasan)
    Pengobatan : Chlortetacyclin (dosis 100-200 gr/ton ransum) atau tylosin (dosis 800 -1000 gr/ton ransum).
    4. Berak Darah
    Pengobatan : Prepara Sulfa atau anyrolium dilarutkan dalam air minum, dosis 0,012 -0,024% untuk 3 - 5 hari.
    5. Pilek
    Pengobatan : sulfadimetoxine 0,05% dilarutkan dalam air minum selama 5 -7 hari.
    6. Cacar
    Pencegahannya : vaksinasi 1 kali setelah lepas induk.

    7. ANALISA USAHA AYAM BURAS
    CARA BETERNAK AYAM BURAS 
    1. Pengeluaran
    1. Bibit: 100 ekr x Rp. 12.000,- -----------------------------> Rp. 1.200.000,-
    2. Pakan100 ekr x 360 hr x 100 gr x Rp. 491,- / 1000 ------> Rp. 1.767.600,-
    3. Penyusutan kandang/th Rp. 500.000: Rp. 50.000/2 th -----> Rp. 225.000,-
    4. Tenaga kerja: 12 x Rp. 150.000,- /bulan ------------------> Rp. 1.800.000,-
    5. Vaksin dan Obat: 100 ekr x 4 kali x Rp. 50,- -------------> Rp. 20.000,-
    Total ------------------------------------------------------> Rp. 5.012.600,-
    2. Pendapatan
    1. Penjualan telur/th 95%x100 ek x 25% x 360 hr x Rp. 300,- -----> Rp 2.565.000,-
    2. Penjualan kotoran ayam/th 25 grx95 ekrx360 x Rp. 2.000,- -----> Rp. 34.200,-
    3. Penjualan ayam afkir: 95 ekr x Rp. 13.500,- ---------------------> Rp. 1.282.500,-
    Total ------------------------------------------------------------> Rp. 3.881.700,-
    3. Penghasilan/tahun: pendapatan - pengeluaran - Rp. 1.130.900,-
    Karena keuntungannya negatif, maka sebaiknya untuk pemeliharaan 100 ekor ayam, tenaga kerja cukup ditangani oleh peternak, sehingga biaya untuk tenaga kerja Rp. 0,-. Dengan kata lain, untuk pemeliharaan 100 ekor ayam :
    1. Pengeluaran Rp. 3.212.600,-
    2. Pendapatan Rp. 3.881.700,-
    3. Keuntungan Rp. 669.100,-
    keuntungan/bln Rp. 55.758,-

    Asumsi harga pasaran bulan Februari 1996

    1. Harga bibit siap telur/ekor Rp.

    12.000,-
    2. Harga telur/butir Rp. 300,-
    3. Harga pakan, dengan susunan:
    * 30 kg pakan Rp. 300,- /kg
    * 50 kg pakan layer (441) Rp. 605,- /kg
    * 1 kg mineral Rp. 500,- /kg
    4. Harga ayam apkir Rp. 13.500,-
    5. Harga kotoran ayam 1 karung (50 kg) Rp. 2.000,-
    6. Mortalitas (kematian) 5%
    7. Produktivitas telur 25%
    8. Biaya kandang ayam perekor Rp . 5.000,-
    9. Biaya vaksin & obat perekor Rp. 50,-

    8. SUMBER
    CARA BETERNAK AYAM BURAS 
    Brosur Intensifikasi Ternak Ayam Buras, Dinas Peternakan, Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Jakarta (tahun 1996).

    9. KONTAK HUBUNGAN
    CARA BETERNAK AYAM BURAS 
    Dinas Peternakan, Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Jl. Gunung Sahari Raya No. 11 Jakarta Pusat, Tel. (021) 626 7276, 639 3771 atau 600 7252 Pes. 202.

    PEMILIHAN BIBIT AYAM BURAS

    1. KELUARAN
    Teknik pembibitan bibit ayam buras yang baik
    2. PEDOMAN TEKNIS
    1. Calon induk betina:
    * sehat dan tidak cacat
    * lincah dan gesit
    * mata bening dan bulat
    * rongga perut elastis
    * tidak mempunyai sifat kanibal
    * bebas dari penyakit
    * umur 5 - 12 bulan.
    2. Calon pejantan:
    * sehat dan tidak cacat
    * penampilan tegap
    * bulu halus dan mengkilap
    * tidak mempunyai sifat kanibal
    * umur 8 - 24 bulan.
    Jumlah induk dan pejantan disesuaikan dengan kondisi dan umurnya antara 8 - 10 : 1
    3. SUMBER
    Hompage Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id, Maret 2001
    4. KONTAK HUBUNGAN
    Departemen Pertanian RI, Jalan Harsono RM No. 3, Ragunan - Pasar Minggu, Jakarta 12550 - Indonesia

    PENETASAN ALAMI AYAM BURAS

    1. KELUARAN
    Sangkar tetas dengan hasil daya tetas tinggi.
    2. BAHAN
    Bambu, kawat, paku, rumput kering.
    3. ALAT
    Gergaji, pisau serut, palu, tang, dll.
    4. PEDOMAN TEKNIS
    1. Sangkar penetasan dibuat dari bambu berbentuk kerucut dengan suhu penetasan dalam sangkar pengeraman cukup baik.
    2. Cara pembuatan
    1. Potong bambu berdiameter 25 - 50 cm sepanjang 125 cm, 1/3 bagian harus berada di atas ruas sedangkan yang 2/3 bagiannya sebagai tiang
    penyangga.
    2. satu pertiga dari bambu bagian atas dibelah-belah kecil ( 1-1,5 cm), dihaluskan, kemudian dianyam dengan belahan bambu tipis, dimulai dari
    bagian ujung bawah belahan bambu, sehingga berbentuk kerucut.
    3. Bagian ujung paling atas diikat dengan kawat tali, agar ayaman tidak lepas.
    4. Sangkar diletakkan di tempat yang aman dan jauh dari keramaian dan terhindar dari gangguan hewan liar.
    5. Bagian bawah sangkar dialasi dengan rumput kering, yang merupakan alas/tempat diletakkannya telur dan sekaligus sebagai tempat penetasan.
    3. Sangkar penetasan kerucut ini menghasilkan daya tetas telur 77,37 %, kematian embriyo 16,64 %, suhu maksimum 102,3°C dan suhu minimum 83,5°C.
    5. SUMBER
    Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id, Maret 2001

    Senin, 04 Juni 2012

    TIPS BETERNAK BURUNG PUYUH

    1. SEJARAH SINGKAT


    Puuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuhrelatifkecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut jugaGemak (Bhs.Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut "Quail", merupakan bangsaburung(liar) yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870.Dan terusdikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulaidikenal,dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Kini mulai bermunculan dikandang-kandang ternak yang ada di Indonesia.


    2. SENTRA PERIKANAN
    Sentra Peternakan burung puyuh banyak terdapat di Sumatera, Jawa Barat,
    Jawa Timur dan Jawa Tengah


    3. JENIS
    Kelas : Aves (Bangsa Burung)
    Ordo : Galiformes
    Sub Ordo : Phasianoidae
    Famili : Phasianidae
    Sub Famili : Phasianinae
    Genus : Coturnix
    Species : Coturnix-coturnix Japonica


    4. MANFAAT
    1) Telur dan dagingnya mempunyai nilai gizi dan rasa yang lezat
    2) Bulunya sebagai bahan aneka kerajinan atau perabot rumah tangga lainnya
    3) Kotorannya sebagai pupuk kandang ataupun kompos yang baik dapat
    digunakan sebagai pupuk tanaman


    5. PERSYARATAN LOKASI

    1) Lokasi jauh dari keramaian dan pemukiman penduduk
    2) Lokasi mempunyai strategi transportasi, terutama jalur sapronak dan jalur-
    jalur pemasaran
    3) Lokasi terpilih bebas dari wabah penyakit
    4) Bukan merupakan daerah sering banjir
    4) Merupakan daerah yang selalu mendapatkan sirkulasi udara yang baik.


    6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

    6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

    1) Perkandangan

    Dalam sistem perkandangan yang perlu diperhatikan adalah temperatur
    kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25 derajat C; kelembaban
    kandang berkisar 30-80%; penerangan kandang pada siang hari cukup 25-
    40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku untuk cuaca
    mendung/musim hujan). Tata letak kandang sebaiknya diatur agar sinar
    matahari pagi dapat masuk kedalam kandang.

    Model kandang puyuh ada 2 (dua) macam yang biasa diterapkan yaitu
    sistem litter (lantai sekam) dan sistem sangkar (batere). Ukuran kandang
    untuk 1 m2 dapat diisi 90-100 ekor anak puyuh, selanjuntnya menjadi 60 ekor
    untuk umur 10 hari sampai lepas masa anakan. Terakhir menjadi 40 ekor/m2
    sampai masa bertelur.

    Adapun kandang yang biasa digunakan dalam budidaya burung puyuh
    adalah:
    a. Kandang untuk induk pembibitan
    Kandang ini berpegaruh langsung terhadap produktifitas dan kemampuan
    mneghasilkan telur yang berkualitas. Besar atau ukuran kandang yang
    akan digunakan harus sesuai dengan jumlah puyuh yang akan dipelihara.
    Idealnya satu ekor puyuh dewasamembutuhkan luas kandang 200 m2.

    b. Kandang untuk induk petelur
    Kandang ini berfungsi sebagai kandang untuk induk pembibit. Kandang ini
    mempunyai bentuk, ukuran, dan keperluan peralatan yang sama.
    Kepadatan kandang lebih besar tetapi bisa juga sama.

    c. Kandang untuk anak puyuh/umur stater(kandang indukan)
    Kandang ini merupakan kandang bagi anak puyuh pada umur starter,
    yaitu mulai umur satu hari sampai dengan dua sampai tiga minggu.
    Kandang ini berfungsi untuk menjaga agar anak puyuh yang masih
    memerlukan pemanasan itu tetap terlindung dan mendapat panas yang
    sesuai dengan kebutuhan. Kandang ini perlu dilengkapi alat pemanas.
    Biasanya ukuran yang sering digunakan adalah lebar 100 cm, panjang
    100 cm, tinggi 40 cm, dan tinggi kaki 50 cm. (cukup memuat 90-100 ekor
    anak puyuh).

    d. Kandang untuk puyuh umur grower (3-6 minggu) dan layer (lebih dari 6
    minggu)
    Bentuk, ukuran maupun peralatannya sama dengan kandang untuk induk
    petelur. Alas kandang biasanya berupa kawat ram.

    2) Peralatan

    Perlengkapan kandang berupa tempat makan, tempat minum, tempat
    bertelur dan tempat obat-obatan.

    6.2. Penyiapan Bibit

    Yang perlu diperhatikan oleh peternak sebelum memulai usahanya, adalah
    memahami 3 (tiga) unsur produksi usaha perternakan yaitu bibit/pembibitan,
    pakan (ransum) dan pengelolaan usaha peternakan.

    Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan, ada 3
    (tiga) macam tujuan pemeliharaan burung puyuh, yaitu:

    a. Untuk produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis ketam betina yang
    sehat atau bebas dari kerier penyakit.
    b. Untuk produksi daging puyuh, dipilih bibit puyuh jantan dan puyuh petelur
    afkiran.
    c. Untuk pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit puyuh betina yang
    baik produksi telurnya dan puyuh jantan yang sehat yang siap membuahi
    puyuh betina agar dapat menjamin telur tetas yang baik.


    6.3. Pemeliharaan

    1) Sanitasi dan Tindakan Preventif

    Untuk menjaga timbulnya penyakit pada pemeliharaan puyuh kebersihan
    lingkungan kandang dan vaksinasi terhadap puyuh perlu dilakukan sedini
    mungkin.

    2) Pengontrolan Penyakit

    Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat dan apabila ada tanda-tanda
    yang kurang sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan
    sesuai dengan petunjuk dokter hewan atau dinas peternakan setempat atau
    petunjuk dari Poultry Shoup.

    3) Pemberian Pakan

    Ransum (pakan) yang dapat diberikan untuk puyuh terdiri dari beberapa
    bentuk, yaitu: bentuk pallet, remah-remah dan tepung. Karena puyuh yang
    suka usil memtuk temannya akan mempunyai kesibukan dengan mematuk-
    matuk pakannya. Pemberian ransum puyuh anakan diberikan 2 (dua) kali
    sehari pagi dan siang. Sedangkan puyuh remaja/dewasa diberikan ransum
    hanya satu kali sehari yaitu di pagi hari. Untuk pemberian minum pada anak
    puyuh pada bibitan terus-menerus.

    4) Pemberian Vaksinasi dan Obat

    Pada umur 4-7 hari puyuh di vaksinasi dengan dosis separo dari dosis untuk
    ayam. Vaksin dapat diberikan melalui tetes mata (intra okuler) atau air
    minum (peroral). Pemberian obat segera dilakukan apabila puyuh terlihat
    gejala-gejala sakit dengan meminta bantuan petunjuk dari PPL setempat
    ataupun dari toko peternakan (Poultry Shoup), yang ada di dekat Anda
    beternak puyuh.

    7. HAMA DAN PENYAKIT
    1) Radang

    usus (Quail enteritis)
    Penyebab: bakteri anerobik yang membentuk spora dan menyerang usus,
    sehingga timbul pearadangan pada usus. Gejala: puyuh tampak lesu, mata
    tertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berair dan mengandung asam urat.
    Pengendalian: memperbaiki tata laksana pemeliharaan, serta memisashkan
    burung puyuh yang sehat dari yang telah terinfeksi.


    2) Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)
    Gejala: puyuh sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu,
    mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang
    spesifik adanya gejala "tortikolis"yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu
    dan lumpuh. Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungan dan
    peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang
    mati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu
    masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta
    melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.

    3) Berak putih (Pullorum)
    Penyebab: Kuman Salmonella pullorum dan merupakan penyakit menular.
    Gejala: kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas, bulu-bulu
    mengerut dan sayap lemah menggantung. Pengendalian: sama dengan
    pengendalian penyakit tetelo.

    4) Berak darah (Coccidiosis)
    Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi,
    bulu kusam menggigil kedinginan. Pengendalian: (1) menjaga kebersihan
    lingkungaan, menjaga litter tetap kering; (2) dengan Tetra Chloine Capsule
    diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air
    minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox

    5) Cacar Unggas (Fowl Pox)
    Penyebab: Poxvirus, menyerang bangsa unggas dari semua umur dan jenis
    kelamin. Gejala: imbulnya keropeng-keropeng pada kulit yang tidak berbulu,
    seperti pial, kaki, mulut dan farink yang apabila dilepaskan akan
    mengeluarkan darah. Pengendalian: vaksin dipteria dan mengisolasi
    kandang atau puyuh yang terinfksi.

    6) Quail Bronchitis
    Penyebab: Quail bronchitis virus (adenovirus) yang bersifat sangat menular.
    Gejala: puyuh kelihatan lesu, bulu kusam, gemetar, sulit bernafas, batuk dan
    bersi, mata dan hidung kadang-kadang mengeluarkan lendir serta
    kadangkala kepala dan leher agak terpuntir. Pengendalian: pemberian
    pakan yang bergizi dengan sanitasi yang memadai.

    7) Aspergillosis
    Penyebab: cendawan Aspergillus fumigatus. Gejala: Puyuh mengalami
    gangguan pernafasan, mata terbentuk lapisan putih menyerupai keju,
    mengantuk, nafsu makan berkurang. Pengendalian: memperbaiki sanitasi
    kandang dan lingkungan sekitarnya.

    8) Cacingan
    Penyebab: sanitasi yang buruk. Gejala: puyuh tampak kurus, lesu dan
    lemah. Pengendalian: menjaga kebersihan kandang dan pemberian pakan
    yang terjaga kebersihannya.


    8. PANEN
    8.1. Hasil Utama

    Pada usaha pemeliharaan puyuh petelur, yang menjadi hasil utamanya adalah
    produksi telurnya yang dipanen setiap hari selama masa produksi berlangsung.

    8.2. Hasil Tambahan

    Sedangkan yang merupakan hasil tambahan antara lain berupa daging afkiran,
    tinja dan bulu puyuh.


    9. PASCAPANEN...


    10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

    10.1.Analisis Usaha Budidaya

    1) Investasi
    a. kandang ukuran 9 x 0,6 x 1,9 m
    (1 jalur + tempat makan dan minum) Rp. 2.320.000,-
    b. kandang besar Rp. 1.450.000,-

    2) Biaya pemeliharaan (untuk umur 0-2 bulan)
    a. ay Old Quail (DOQ) x Rp 798 (Harga DOQ) Rp. 1.596.000,-
    b. Obat (Vitamin + Vaksin) Rp. 145.000,-
    c. Pakan (selama 60 hari) Rp. 2.981.200,-
    Jumlah biaya produksi Rp. 4.722.200,-
    Keadaan puyuh:
    - Jumlah anak 2000 ekor (jantan dan betina)
    - Resiko mati 5%, sisa 1900
    - Resiko kelamin 15% jantan, 85% betina (285 jantan, 1615 betina)
    - Setelah 2 bulan harga puyuh bibit Rp 3.625,- betina dan Rp 725 jantan
    - Penjualan puyuh bibit umur 2 bulan Rp. 4.408.000,-
    Minus Rp. -314.200,-

    3) Biaya pemeliharaan (0-4 bulan)
    - 200 DOQ x Rp 798,- Rp. 159.600,-
    - Obat (vitamin dan Vaksinasi) Rp. 290.000,-
    - Pakan (sampai dengan umur 3 minggu) Rp. 2.459.925,-
    Pakan (s/d minggu ke 4) betina

    1615 ekor dan 71 ekor jantan (25% jantan layak bibit) Rp. 5.264.051,-
    Jumlah biaya produksi Rp. 8.173.576,-
    Keadaan puyuh:
    - Mulai umur 1,5 bulan puyuh bertelur setiap hari rata-rata 85%, jumlah telur
    1373 butir
    - Hasil telur 75 hari x 1373 x Rp 75,- Rp. 7.723.125,-
    - Puyuh betina bibit 1615 ekor @ Rp 3.625,- Rp. 5.854.375,-
    - Puyuh jantan bibit 75 ekor @ Rp 798,- Rp. 59.850,-
    - Puyuh jantan afkiran 214 ekor @ Rp 725,- Rp. 155.150,-

    4) Keuntungan dari hasil penjualan Rp. 5.618.924,-

    5) Biaya pemeliharaan (sampai umur 8 bulan)
    a. Biaya untuk umur 4-8 bulan Rp. 1.625.137,-

    6) Pendapatan
    a. Hasil telur (0,5 bulan) 195 x 1373 x Rp 75,- Rp. 20.080.125,-
    b. Hasil puyuh afkir 1615 ekor @ Rp 798,- Rp. 1.288.770,-
    c. Hasil jantan afkir 71 ekor @ Rp 725,- Rp. 51.475,-
    d. Hasil jantan afkir (2 bln) 214 ekor @ Rp 725,- Rp. 155.150,-

    7) Keuntungan beternak puyuh petelur dan afkiran jual Rp. 10.950.113,-

    Jadi peternak lebih banyak menjumlah keuntungan bila beternak puyuh petelur,
    baru kemudian puyuh afkirannya di jual daripada menjual puyuh bibit. Analisa
    usaha dihitung berdasarkan harga-harga yang berlaku pada tahun 1999.

    10.2.Gambaran Peluang Agribisnis...


    11. DAFTAR PUSTAKA

    1) Beternak burung puyuh, 1981. Nugroho, Drh. Mayen 1 bk. Dosen umum
    Ternak Unggas Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan, Universitas
    Udayana.
    2) Puyuh, Tatalaksana Budidaya secara komersil, 1992. Elly Listyowati, Ir.
    Kinanti Rospitasari, Penebar Swadaya, Jakarta.
    3) Memelihara burung puyuh, 1985. Muhammad Rasyaf, Ir. Penerbit Kanisius
    (Anggota KAPPI), Yogyakarta.
    4) Beternak burung puyuh dan Pemeliharaan secara komersil, tahun 1985.
    Wahyuning Dyah Evitadewi dkk. Penerbit Aneka Ilmu Semarang