Minggu, 07 Agustus 2011

Perkembangan Ikan Bawal Tawar

Jika dibandingkan dengan lele yang langsung menjadi populer sejak pertama kalinya di Indonesia, ikan bawal tawar membutuhkan waktu lama untuk dikenal masyarakat Indonesia. Meskipun butuh waktu lama, kepopuleran ikan bawal tawar terus menunjukkan trend peningkatan dari waktu ke waktu. Sejak awal tahun 2000, ikan bawal tawar menjadi salah satu andalan pembudidaya Karamba Jaring Apung (KJA) di berbagai Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur.

Ikan bawal tawar merupakan ikan budidaya yang masih cukup baru diperkenalkan di industri perikanan tanah air, namun karena hasil penyebarannya mendapat respon dari para pembudidaya ikan, jumlahnya konsumsi ikan bawal tawar semakin hari semakin meningkat. Ikan bawal tawar memiliki rasa daging yang gurih dan enak, meski cukup banyak duri pada dagingnya. Bahkan beberapa petani ikan yang sebelumnya memelihara ikan mas beralih memelihara ikan bawal tawar, karena potensi ekonomi yang lebih menguntungkan. Melambungnya harga pakan ikan akhir-akhir ini menjadi salah satu alasan mengapa mereka beralih ke budidaya ikan bawal tawar karena ikan bawal tawar makannya mudah, pemakan segala (omnivora).

Pasar ikan konsumsi bawal air tawar masih membidik konsumen lokal (dalam negeri) khususnya di kota-kota besar. Pasar lokal (dalam negeri) yang mendominasi permintaan bawal air tawar terbanyak saat ini yaitu Depok, Bekasi, Tangerang, Bogor, DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang diperkirakan angkanya mencapai jutaan ekor per musim. Contohnya pembudidaya atau pedagang perantara dari Waduk Cirata (Cianjur) atau Jatiluhur (Purwakarta) mendistribusikan ke TPI Muara Bari dan Muara Angke yang selain menampung ikan hasil tangkapan juga menerima ikan bawal tawar. Selain pasar di Jakarta, mereka juga mengirimkan ke Pasar Turi (Surabaya), Pasar Kobong (Semarang), Lahat (Sumsel), Bandung, Lampung, Bogor dan Cirebon. Bahkan permintaan ikan bawal tawar sudah merambah ke mancanegara. Permintaan terbesar selama ini berasal dari Hong Kong dan Amerika Serikat dengan jumlah mencapai puluhan juta ekor tetapi Indonesia baru bisa memasok 10%-nya. Contohnya ikan hasil budidaya di Cirata juga diekspor ke Johor Baru (Malaysia).

Sentra budidaya ikan bawal tawar terbesar di Jawa Barat (Bogor, Sukabumi, Bandung dan sebagian daerah Priangan lainnya) yang dikenal sebagai penghasil ikan air tawar budidaya terbesar di Indonesia. Selain Di Jawa Barat ditemui antara lain di Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan bahkan sampai ke Bali. Pembudidayaan kolam air tergenang (KAT) untuk daerah Jawa Barat, sentra pembudidayaannya terdapat di Parung, Bogor, Cianjur, Sukabumi, Subang dan Tasikmalaya. Sementara budidaya di KJA banyak dilakukan di perairan waduk terutama Cirata, Saguling dan Jatiluhur.

Di kalangan penggemar ikan hias, bawal air tawar juga menjadi daya tarik tersendiri untuk dipajang di akuarium dan kolam taman terutama saat masih benih. Dan sejarah masuknya ikan bawal tawar ini bermula diimpor sebagai ikan hias yang awalnya dikhawatirkan oleh beberapa ahli karena ternyata ikan bawal tawar masih satu famili dengan ikan piranha yang berbahaya dan dikhawatirkan kalau sampai lepas ke perairan umum. Sebagai ikan hias, bawal air tawar tergolong banyak diminati karena sosoknya yang unik dan bentuknya pipih, gerakannya indah dan semburat warna merah di sisi perutnya.

Secara teori, usaha pembesaran ikan bawal tawar juga tergolong jenis ikan yang tidak sulit untuk dibudidayakan. Tingkat kelangsungan hidup (SR) bawal air tawar cukup tinggi, sekitar 90%. Bahkan, ikan bawal tawar ini mampu bertahan hidup dalam kolam yang tingkat kepadatannya tinggi. Makannya pun tidak rewel sebab hewan berjenis omnivora ini memiliki nafsu makan yang sangat besar. Ikan bawal tawar saat ini banyak dipilih pembudidaya sebagai produk unggulan. Hal ini karena selain bernilai ekonomis sebagai ikan hias, ikan bawal tawar (Colossoma macropomum Cuvier) juga menjadi hidangan yang sering dicari di meja makan. Bahkan permintaan yang besar dari produk ini tak hanya datang dari dalam negeri melainkan juga dari luar negeri. Hanya saja belum terdapat data yang pasti berapa total permintaan komoditas yang satu ini.

Fenomena perkembangan ikan bawal tawar membuktikan bahwa walaupun termasuk jenis ikan pendatang, bawal air tawar sudah mendapat tempat di hati masyarakat, baik pembenih, pembudidaya sebagai produsen ataupun konsumen untuk kebutuhan konsumsi maupun ikan hias untuk pajangan di akuarium dan kolam taman di halaman rumah. Dengan fenomena tersebut, tampak bahwa pasar ikan bawal tawar sudah memiliki karakteristik tersendiri. Hal ini sangat menguntungkan bagai para pemula yang berniat memulai usaha sebab pasarnya yang sudah terbentuk lebih prospektif dibanding ikan air tawar lainnya karena perputarannya bagus, cepat dan simpel. Permintaan ikan bawal tawar konsumsi umumnya datang dari pelaku usaha rumah makan atau restoran yang menyajikan menu utama bawal bakar atau bawal goreng.

Permasalahan utama yang dihadapi pembudidaya yaitu modal, teknologi, pakan dan pemasaran merupakan masalah mendasar yang membutuhkan peran KKP.

Modal, sebenarnya sudah ada program dari pemerintah yaitu PUMP (Pengembangan Usaha Mina Pedesaan), Paket Wirausaha Perikanan, Kredit Usaha Rakyat (KUR), kredit bantuan lainnya serta bantuan-bantuan sarana produksi perikanan (saprokan).
Teknologi, pemerintah melalui dinas kelautan dan perikanan, telah menyediakan tenaga-tenaga penyuluh untuk membantu masalah teknologi bagi para pembudidaya ikan. Dan perlu diketahui bahwa ikan bawal tawar ini teknologinya sangat mudah.
Pakan, pemerintah telah memberikan bantuan mesin pembuat pakan ikan mandiri pakan mandiri yang dikelola oleh pokdakan.
Pemasaran:
memberikan informasi pasar sehingga para pembudidaya ikan tidak sulit mencari pasar.
menciptakan iklim pemasaran yang kondusif bagi para pembudidaya yang berpihak kepada pembudidaya, seperti penetapan harga dasar komoditi ikan yang lebih rasional dengan harga pasar yang berlaku di daerah.

Pencapaian target produksi 2011 masih diarahkan pada 10 komoditas unggulan budidaya antara lain rumput laut, udang, kakap, kerapu, bandeng, mas, nila, patin, lele dan gurami. Bukan berarti di luar 10 komoditas tadi tidak penting, termasuk ikan bawal tawar ini. Penyebarannya dilaporkan belum terlalu luas dan masih ada kekhawatiran di beberapa daerah dengan kelestarian ikan-ikan lokal. Pengembangan komoditas unggulan sangatlah penting, dengan menggali komoditas unggulan spesifik suatu daerah yang harus bernilai ekonomis tinggi, tersedianya teknologi, besarnya permintaan pasar dan dapat dikembangkan secara massal. KKP akan memacu produksi perikanan budidaya melalui tiga target pembangunan. Pertama, seluruh potensi perikanan budi daya menjadi kawasan minapolitan dengan usaha yang bankable. Kedua, seluruh sentra produksi perikanan budi daya memiliki komoditas unggulan yang menerapkan teknologi inovatif dengan kemasan dan mutu yang terjamin. Ketiga, sarana dan prasarana perikanan budi daya mampu memenuhi kebutuhan serta diproduksi dalam negeri dan dibangun secara terintegrasi.

Walaupun ketenaran ikan bawal tawar belum dapat disejajarkan dengan komoditas perikanan lainnya, namun permintaan konsumen setiap tahunnya terus meningkat, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun ekspor. Maka tak heran, bila dimasa yang akan datang akan menjadi komoditas unggulan seperti jenis-jenis ikan lainnya. Seperti kerabatnya ikan piranha, ikan ini di negara asalnya termasuk carnivora yakni pemakan daging. Di habitat aslinya di Sungai Amazon sana ikan ini bergerombol dalam jumlah yang kecil dan mencari mangsa ikan kecil, katak, siput atau udang. Dengan gigi–giginya yang tajam, ikan ini merupakan predator sejati. Budidaya pembesaran bisa dilakukan pada media jaring terapung, kolam tanah, bak tembok dan kolam air deras. Pada media jaring terapung sesungguhnya tidak dianjurkan disamping ikan bawal tawar bisa merusak jaring juga ketika ikan bawal tawar lepas dari jaring akan menjadi predator terhadap ikan-ikan lain.

Kendala dalam budidaya ikan bawal:

Kendala di pembibitan adalah tingkat kematian mencapai 10-20% dari mulai telur menetas hingga bibit ukuran korek.
Kendala yang menjadi momok di usaha pembesaran bawal adalah serangan penyakit white spot (bintik putih) karena virus atau bakteri yang sering datang saat musim hujan yang dapat ditangani dengan memberikan garam dalam kolam.
Ikan bawal tawar yang dipelihara di kolam cenderung pasif dan enggan atau tidak mau berpijah. Ikan bawal tawar tidak sanggup melakukan ovulasi karena perkembangan gonada (kelamin) terhenti saat memasuki fase istirahat (fase dormant), sedangkan induk ikan bawal tawar aktif berpijah saat banjir dan aliran sungai meluap menggenangi daerah inundasi pinggiran sungai seperti yang terjadi di kawasan Amerika Latin pada bulan Juni–Juli. Pemijahan ikan bawal tawar di kolam hanya dapat dilakukan dengan cara hypofisasi atau rangsangan hormon (induce spawning) menggunakan ekstrak kelenjar hypofisa, ovaprin atau LHRH-a. Selanjutnya induk yang telah dirangsang dipijahkan secara alami ataupun dilakukan stripping atau ovulasi buatan.

Peranan pemerintah dalam menanggulangi kendala tersebut:

Monitoring pemantauan kesehatan ikan dan lingkungan yang bertujuan untuk mengetahui kondisi keragaan kualitas lingkungan perairan dan juga distribusi penyebaran penyakit
Melakukan sosialisasi penanggulangan penyakit ikan baik berupa aspek teknis maupun aspek non teknis. Aspek teknisnya melalui salah satu UPT dilingkup KKP melalui Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan melakukan monitoring rutin untuk melakukan berbagai sosialisasi tentang penanganan penyakit ikan, penggunaan obat-obatan yang sesuai dengan penerapan CBIB dan juga untuk mendapatkan data status kondisi penyebaran penyakit ikan dan lingkungan yang ada

Penyakit dalam menghambat pertumbuhan ikan bawal antara lain:

Penyakit yang sering menyerang adalah white spot dan beberapa virus lain serta bakteri.

Jaring yang kotor akibat penempelan lumpur atau biota penempel seperti berbagi jenis kerang, teritip dan tumbuh-tumbuhan dapat menghambat sirkulasi air, pertukaran air dan oksigen. Kalau dibiarkan hal ini dapat menimbulkan penyakit dan menghambat pertumbuhan bawal bintang

Usaha budidaya yang intensif berarti tingkat padat penebaran pada kolam pemeliharaan cukup tinggi. Hal ini menyebabkan kualitas air media pemeliharaan akan cepat turun karena banyaknya limbah yang dihasilkan dan organisme yang dibudidayakan dari asal pakan yang tidak termanfaatkan. Penurunan kualitas air akan memacu pertumbuhan dari organisme patogen yang merugikan dan juga akan menghambat pertumbuhan ikan bawal tawar sehingga akan menurunkan jumlah produksi.
sumber : http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id

0 komentar:

Posting Komentar