Tulang cumi sotong (grit) mengandung kalsium karbonat, sodium klorida, kalsium fosfat dan garam magnesium. Di Inggris, para penggemar burung kenari tidak memberikan tulang sotong secara utuh kepada burung kenari tetapi menyisirnya dengan pisau menjadi tepung yang lembut atau memecahnya hingga seukuran pasir dan menaburkannya di dasar sangkar sewaktu burung dijodohkan. Burung betina akan turun dan memakannya begitu melihat mereka menaburkannya.
Tulang sotong akan dilarutkan oleh asam lambung dan kemudian masuk ke dalam system pencernaan di mana kalsium dan garam magnesium diserap aliran darah. Ketika burung betina hampir bertelur, kalsium dikeluarkan dari aliran darah ke saluran telur sebagai pelindung telur yang masih lunak. Dianjurkan pula untuk meneruskan pemberian tulang sotong ini selama masa pengeraman karena secara logika burung betina membutuhkan untuk melengkapi kembali kebutuhan untuk tulang dan darah setelah bertelur.
Grit batu kapur (limestone) adalah sumber kalsium lain yang penting bagi burung kenari, diberikan dalam ukuran diameter 2 – 3 mm. Batu ini larut dalam asam lemah dan ketika dimakan oleh burung tersangkut dalam tembolok di mana akan “dicuci” dengan asam lambung dan lama-lama akan hancur dan larut. Dengan memakai bebatuan ini akan menghindari adanya telur yang tidak normal.
Waktu keluar dari telur untuk pertama kalinya, anak burung sangat membutuhkan kalsium, magnesium karbonat dan fosfat untuk kepentingan tulang, bulu dan darah. Sebagai contoh burung yang cacat kakinya atau kukunya kemungkinan besar kekurang zat ini.
Sangat mengejutkan bahwa banyak pecinta burung kenari mengesampingkan grit dalam makanan burung kenari, dasar kebenaran untuk masalah ini adalah tidak maunya burung kenari mengkonsumsi grit. Bagaimanapun kenyataan secara biologi adalah burung jenis finch liar atau burung pemakan biji-bijian, mencari dan mengkonsumsi grit setiap harinya. Mereka terbawa secara naluriah selama berjuta-juta tahun, seperti naluri membuat sarang, mandi dan bernyanyi.
Selama 2 abad, penggemar kenari di Inggris menyediakan grit untuk burungnya, biasanya memakai tempat makan kecil. Cara ini digunakan penggemar di Belanda, Perancis, Belgia, Spanyol dan Itali selama sudah beratus-ratus tahun.
Burung kenari dan burung lainnya mempunyai sistem pencernakan yang disebut “Ampela” yang berfungsi untuk membantu meremuk biji-bijian karena mengingat burung tidak mempunyai gigi seperti layaknya manusia. Ampela menggunakan grit untuk memecah biji dibantu dengan asam lambung. Grit, dimakan oleh burung, mendiami galur-galur ampela, membantu meremukkan biji-bijian menjadi butiran yang lebih halus. Demikian kerjanya, sedang grit sendiri hancur dengan segera menjadi seperti pasir halus, atau jika mempunyai sifat larut seperti batu kapur, akan larut dalam ampela dan asam lambung, otomatis juga mensuplai kalsium untuk telur dan tulang. Bila gritnya tidak larut, seperti granit dan kwarsa, akan keluar bersama kotoran. Jika burung kenari, finch atau burung pemakan biji dioperasi, kita dapat melihat adanya grit dalam ampelanya. Percobaan membuktikan bahwa bila burung kenari tidak diberi makan grit selama sekitar 2 minggu, kemudian kita melepaskan burung ke kandang besar yang beralaskan tanah. Burung tersebut akan segera mencari grit di tanah.
Stroud’s Digest on the Diseases of Birds halaman 136 menjelaskan fungsi ampela dalam hubungan grit dengan pencernakan adalah:
“Ampela berukuran besar, bulat, organ yang berotot terletak di sebelah kiri atas rongga perut. Rongga bagian dalam mempunyai dua tingkat yang permukaannya saling berhadapan yang dilapisi dengan lapisan yang keras dan berombak-ombak. Dengan gerakan berputar pelan dan permukaannya saling bersinggungan, tempat ini dijadikan ruangan pemecah biji, dijalankan oleh otot yang kuat bertenaga yang dibuat alam. Dan dibantu oleh asam lambung membuat bijian atau apa yang di dalamnya menjadi lebih lunak, membuat bijian yang keras menjadi lunak.”
Hampir sama artinya dengan apa yang ditulis Bernard Poe dalam buku Cage Bird Handbook yang diterbitkan oleh Bailey & Swinfen Ltd. London tahun 1950-an:
“Perut burung pemakan bijian tidaklah terlalu berotot dan kuat tetapi lebih menyerupai ampela berotot dan berdinding tebal. Dinding ototnya tersusun dalam dua pentolan yang berhadapan yang berkontraksi dengan kuat, menghancurkan makanan menjadi lunak, DIBANTU DENGAN AKSI BATU-BATUAN KECIL YANG DITELAN BURUNG. Dalam waktu yang singkat batu ini menjadi bundar dan menjadi lebih kecil lagi dan menuju ke celah kecil di bagian bawah, menuju ke perut dan akhirnya keluar bersama kotoran.”
Membaca tulisan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa burung fringilidae atau pemakan bijian tidak mempunyai sistem pencernaan dan tidak mampu mengunyah seperti halnya mamalia, sehingga memerlukan bahan pembantu guna menyempurnakan pengambilan sari makanan di pencernaan. Satu di antara bahan pembantu itu adalah grit, jadi kita dapat mengetahui sekarang perlunya memberikan grit bagi burung kesayangan kita.
Sumber cuplikan : http://www.kicaumania.org
0 komentar:
Posting Komentar